KURUN WAKTU 45 menit babak kedua pertandingan versus Klub Arjuna berjalan klub Gatot Kaca berjalan alot! Kedudukan kacamata tidak membuat kedua klub malu. Permainan kiper menendang bola disambut kiper lawan, tontonan membosankan bagi sebagian penonton yang merasa waktu mereka akan terbuang menyaksikan pertandingan sekonyol itu. Satu persatu pendukung kedua klub beranjak meninggalkan stadion sebelum pertandingan usai. Sebagian lainnya masih duduk ditempatnya, dengan mulut tak henti-hentinya mencaci. Pertandingan menarik yang mereka harapkan ternyata jauh dari kenyataan. Tak ayal dari bangku-bangku stadion lemparan kulit kacang atau botol minuman mineral jadi pelepas kekecewaan. Teriakan-teriakan sadis diumbar disana-sini. “Bego lu! Cepetan Maju!” “Masak lawan dilepas begitu saja, gol tahu rasa!” “Awas kalau o-o!” “Ganti nomor 10!” “Hajar Ben Hattrick!” Seolah-olah tak terpengaruhakan hingar bingarnya penonton di kiri kanannya, seorang gadis yang bukan hanya satu-satunya cewek di jajaran bangku penonton, dia juga seorang wartawan, dikenali dari notes kecil di tangannya dan tentu saja kamera yang tergantung di lehernya. Sepanjang pertandingan gadis itu hanya menfokuskan penglihatannya ke lapangan hijau, sesekali pensilnya membuat coretan pendek. Nampaknya ia menikmati jalannya pertandingan. Tentu saja dengan sebuah cerita menarik di kepalanya. “Ya, nomer punggung 10 dari Klub Gatot Kaca, menjadi pusat perhatian. Beberapa sumber dari kalangan persepakbolaan sesumbar, Ben Hattrick pemain berbakat tahun ini. Di perkirakan akan menduduki bangku tertinggi sebagai pencetak gol terbanyak di musim kompetisi mendatang. Gadis itu tidak perduli dengan dengan segala macam analisa dan perkiraan. Ia ingin bukti. Untuk itulah ia sekarang berada di stadion, walau mata dan hati begitu penat menyaksikan pertandingan petak umpet yang dipertunjukkan kedua klub. Matanyanya menyipit, Ben Hattrick masih dalam jarak pandangnya. Serangan Klub Arjuna menyuruk jantung pertahanan Gatot Kaca. Pemain belakang gatot Kaca agak kerepotan akan serangan mendadak itu. Seorang gelandang Arjuna meliuk dengan gesit meliwati dua defender Klub Gatot Kaca. Satu gerakan bola berpindah ke kaki salah seorang pemain Arjuna yang berdiri beberapa meterdari gawang. Kepungan begitu ketat dari Klub Gatot Kaca, membuat pemain Arjuna mengambil keputusan melepaskan tendangan langsung ke mulut gawang. Kiper Gatot Kaca tak perlu bersusah payah menepis tendangan tidak begitu keras yang dilepaskan pemain Arjuna. Bola melenceng jauh beberapa meter dari gawang. Terjadilah tendangan sudut. Penonton mulai panas. Stadion yang tadinya hiruk pikuk dengan segala makian, seketika memperdengarkan sorak-sorai mendukung Klub Arjuna. Detik-detik menegangkan terjadilah. Muntha, gadis wartawan tadi duduk dengan leher tegak. Ia ikut merasakan ketegangan yang terjadi di lapangan. Pemain bernomor punggung 11 dari Klub Arjuna mempassing bola dengan tendangan menyerupai paraabola, meliwati tiang gawang. Kemelut di muka gawang tak terhindarkan. Dengan tergesa seorang gelandang Arjuna menendang bola yang mampir dikakinya, ke gawang Gatot Kaca. sayang sekali dewi fortuna tidak berpihak kepadanya. Tendangannya membentur mistar gawang, mental ke dalam. Seorang pppppppppppppemainpemain Arjuna menghadangnya, dalam posisi siap mengkop bola. Kebetulan Ben hattrick bera “Bego Lu! Cepetan maju!” “Masak lawan dilepas begitu saja, gol tahu rasa!” “Awas kalau 0-0!” “Ganti nomer 10!” “Hajar Ben hattrick!” Seolah tak terpengaruh akan hingar bingarnya penonton dikiri-kanannya. Seorang gadis yang bukan hanya satu-satunya cewek di jajaran bangku penonton, dia juga bertindak sebagai wartawan. Dikenali dari notes kecil ditangannya dan name tag. Sepanjang pertandingan gadis itu hanya menfokuskan perhatiannya ke lapangan hijau, sesekali pensilnya membuat catatan pendek. Nampaknya ia menikmati jalannya pertandingan . Tentunya dengan sebuah berita menarik bertengger di kepalanya. Ya! Nomer punggung 10 dari Klub Gatot Kaca,menjadi pusat perhatian.
Beberapa sumber dari kalangan persepakbolaan sesumbar Ben Hattrick pemain muda paling berbakat tahun ini. Ia diperkirakan akan menduduki bangku tertinggi sebagai pencetak gol terbanyak di musim kompetisi mendatang. Gadis itu tidak perduli dengan segala macam analisis dan pridiksi, ia ingin bukti. Untuk itulah ia ia sekarang berada di kursi penonton. Walau mata dan hatinya begitu penat menyaksikan pertandingan petak umpet yang dipertunjukkan kedua klub.
Matanya menyipit, Ben Hattric masih dalam jarak pandangnya, serangan klub Arjuna menyuruk jantung pertahanan Gatot kaca. Pemain belakang Klub Gatot kaca agak kerepotan akan serangan mendadak itu. Seorang gelandang Arjuna meliuk dengan gesit meliwati dua orang defender Gatot kaca. Sebuah gerakan bola berpindah ke kaki salah seorang pemain Arjuna yang berdiri beberapa meter dari gawang. Kepungan begitu ketat dari Klub Gatot kaca, membuat pemain Arjuna itu mengambil keputusanmelepaskan tendangan langsung ke mulut gawang.
Kiper Gatot Kaca tak perlu bersusah payah menepis tendangan tidak begitu keras yang dilepaskan pemain Arjuna. Bola melenceng jauh beberapa meter dari gawang. Terjadilah tendangan sudut. Penonton mulai panas. Stadion yang tadinya hiruk-pikuk dengan segala makian, seketika memperdengarkan sorak-sorai mendukung Klub Arjuna.
Detik-detik menegangkan terjadilah. Muntha, gadis wartawan tadi duduk dengan leher tegak, ia ikut merasakan ketegangan yang terjadi di lapangan.
Pemain bernomor punggung 11 dari Klub Arjuna mempassing bola dengan tendangan menyerupai parabola, meliwati tiang gawang. Kemelut di muka gawang tak terhindarkan. dengan tergesa-gesa seorang gelandang Arjuna menendang bolakulit yang yang mampir di kakinya ke gawang Gatot kaca. Sayang sekali dewi fortuna tidak berpihak kepadanya. Tendangannya membentur mistar gawang, mental ke dalam. Seorang pemain Arjuna menghadangnya, dalam posisi siap mengkop bola, kebetulan Ben Hatrict berada tidak jauh darinya. Ben Hattrick berlari menuju arah bola. Bola melayang, Ben Hattrick dan pemain Arjuna melompat bersamaan. Brukk! Masuk! Sundulan pemain Arjuna bersarang di gawang Gatot Kaca.
Stadion seakan ambruk oleh gemuruh sorak-sorai pendukung Klub Arjuna. Malah ada pula pendukung Klub Gatot Kaca memihak Klub Arjuna, walau masih banyak fans setia Klub Gatot Kaca merasa dikecewakan Ben Hattrick. Andai saja ia sedikit berani beradu kepala dengan pemain Arjuna tadi, tentunya gol itu tak akan terjadi. Seolah-olah ia hanya melompat tanpa melakukan suatu tindakan penyelamatan yang berarti.
Ben Hattrick kehilangan taring. Ia menelungkup di rumput. Percuma, kedudukan berganti, 1-0 untuk Arjuna.
Muntha menghela nafas panjang. Ketegangan baru saja lewat. Pennya bergerak, menuliskan beberapa kalimat pendek. Penonton di sebelahnya mendumal, rupanya ia fans berat Klub Gatot Kaca.
“Lebih baik tidak usah jadi pemain Prof kalau takut bola-bola atas,” ujarnya dengan wajah kusut.
Muntha tersenyum kecil. Di notesnya terbaca, “Pemain sepakbola takut bola atas.” digaris bawahi tebal-tebal.
Menit-menit terakhir Arjuna seolah mendapat semangat baru. Serangan bergelombang silih berganti diperagakan gelandang penyerang mereka. Hari naas bagi Ben Hattrick, ia membuat kesalahan kedua. Seorang gelandang menyerang Arjuna berupaya menembus pertahanan Klub Gatot Kaca diganjal kerasoleh Ben, tanpa ampun Ben Hattrick dihadiahi kartu merah oleh wasit.Lunglai!Jagoan kertas keluar lapangan. Tragisnya, tinggal 10 detik lagi pertandingan usai.
Peluit wasit menandakan berakhirnya pertandingan sore ini. Muntha bergegas meninggalkan stadion dengan sebuah catatan kecil,”Pemain berbakat itu ternyata Macan ompong!”
ooo